PERTANYAAN DAN JAWABAN TENTANG TEORI PERKEMBANGAN MORAL
1.
Bagaimanakah
pengaruh perkembangan moral terhadap perkembangan anak dalam belajar ?
Perkembangan moral peserta didik dengan
perkembangan dalam belajar terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Bagi
peserta didik yang memeiliki moral yang baik maka dalam melaksanakan
pembelajaran di sekolah akan baik karena peserta didik tersebut dalam kesehariannya
bermoral baik. Begitu dengan anak yang moralnya tidak baik dalam melaksanakan
proses pembelajaran di sekolah, peserta didik tersebut akan malas – malasan.
Dan tidak semangat dalam melaksanakan pembelajaran. Itu akan mempengaruhi
prestasi belajar anak tersebut. Untuk meningkatkan prestasi peserta didik dalam
pembelajaran di sekolah, ditentukan oleh moral peserta didik itu sendiri.
Peranan orang tua dan pendidik harus mencerminkan moral yang baik, karena anak
yang memiliki rasa ingin tahu yang besar akan mencoba apa yang mereka lihat
dalam kehidupan sehari – hari.
2.
Jelaskan apa
yang menjadi dasar – dasar pemikiran yang mendorong munculnya teori
perkembangan moral Jean Piaget !
Perhatian
tentang bagaimana anak – anak berpikir tentang hal – hal yang berkaitan dengan
nilai – nilai moral dirintis oleh Piaget pada tahun 1932 (dalam
Santrock,2008:117) melalui penelitian – penelitiannya dengan menggunakan metode
observasi dan wawancara pada anak – anak berusia 4 – 12 tahun. Menurut Piaget
(dalam Desmita, 2009:259), perkembangan moral digambarkan melalui aturan
permainan.
3.
Jelaskan tahapan
perkembangan moral menurut Piaget !
Piaget menyimpulkan bahwa pemikiran anak
– anak tentang moral dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu :
1)
Heternomous
Morality ( Usia 4 – 7 tahun )
Pada tahap ini, anak-anak menghormati
ketentuan-ketentuan suatu permainan sebagai suatu yang bersifat suci dan tidak
dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Mereka cenderung
menerima begitu saja aturan-aturan yang diberikan oleh orang-orang yang
berkompeten (Aunurrahman, 2014:58)
2)
Autonomous
Morality ( Usia 9-12 tahun )
Pada tahap ini, anak mulai sadar bahwa
aturan-aturan dan hukum-hukum merupakan ciptaan manusia dan dalam menerapkan
suatu hukuman atas suatu tindakan harus mempertimbangkan maksud pelaku serta
akibat-akibatnya. Mereka memandang perlu melakukan modifikasi aturan-aturan
untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada ( Aunurrahman, 2014:58 )
4.
Jelaskan apa
yang menjadi dasar – dasar pemikiran yang mendorong munculnya teori
perkembangan moral Kohlberg !
Dalam teori
Kohlberg mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar hasil
temuan Piaget. Kohlberg menemukan bahwa : (1) Penilaian dan perbuatan moral
bersifat rasional; (2) terdapat sejumlah tahap pertimbangan moral yang sesuai
dengan Piaget; (3) penelitiannya membenarkan gagasan Piaget, bahwa sekitar usia
16 tahun, pada masa remaja merupakan tahap tertinggi dalam proses tercapainya
pertimbangan moral (Aunurrahman, 2014:61).
5.
Jelaskan tahapan
perkembangan moral menurut Kohlberg !
Dalam
penelitiannya Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap , yaitu :
1)
Prekonvensional
Anak tidak menunjukkan internalisasi
nilai – nilai moral. Penalaran moral dikontrol oleh hukuman dan ganjaran
eksternal ( Santrock, 2008:119 ).
Tahap I.
Orientasi Hukuman dan Ketaatan
Pada tahap ini, anak melakukan perilaku
yang baik bukan karena kesadaran, namun karena konsekuensi tertentu bila mereka
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Tahap II.
Individualisme dan Tujuan
Pada tahap ini, pandangan terhadap
perbuatan yang benar merupakan perbuatan yang secara instrumental memuaskan
kebutuhan orang lain (Aunurrahman, 2014:62)
2)
Konvensional
Anak patuh secara internal pada standar
tertentu, tetapi standar itu pada dasarnya ditetapkan orang lain, seperti orang
tua atau aturan sosial yang berlaku ( Sandtrock, 2008:119).
Tahap III.
Norma-Norma Interpersonal
Pada tahap ini, perilaku yang baik
diartikan sebagai perilaku yang menyenangkan atau yang dapat membantu orang
lain dan yang disetujui oleh mereka.
Tahap IV.
Orientasi pada Perintah dan Hukum
Pada tahap ini, tindakan seseorang lebih
banyak berorientasi pada otoritas, aturan-aturan yang pasti dan pemeliharaan
tata aturan sosial (Aunurrahman, 2014:63).
3)
Postkonvensional
Pada level ini, moralitas telah
sepenuhnya diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar eksternal
(Stantrock, 2008:119). Seseorang mengetahui aturan – aturan alternatif,
mengeksplorasi pilihan, kemudian memutuskan sendiri kode moral yang terbaik
bagi dirinya.
Tahap V.
Orientasi Kontrak Sosial Legalistik
Tahap ini merupakan tahap kematangan
moral yang cukup tinggi. Seseorang sudah mempunyai kesadaran yang cukup tinggi
akan adanya perbedaan individu yang berkaitan dengan nilai – nilai. Individu
memahami bahwa nilai, hak, dan prinsip mendasari atau mengatasi hukum.
Tahap VI.
Prinsip – Prinsip Etis Universal
Pada tahap yang tertinggi ini, moral
dipandang benar tidak harus dibatasi oleh hukum atau aturan dari kelompok
sosial atau masyarakat. Orang telah mengembangkan penilaian moralberdasarkan
hak asasi manusia yang universal, ketika berhadapan dengan dilema antara hukum
dan kesadaran, yang akan diikuti adalah kesadaran individual seseorang.
6.
Jelaskan apa
yang menjadi dasar – dasar pemikiran yang mendorong munculnya teori
perkembangan moral Erikson !
Erikson (1902-1994) mengemukakan teori
tentang perkembangan seseorang melalui tahapan. Menurut Erikson (dalam
Santrock, 2008:86), masing – masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang
dihadapi seseorang yang mengalami masalah. Masing – masing masalah merupakan
titik balik dari kerawanan dan penguatan potensi. Semakin sukses seseorang
mengatasi masalahnya, semakin sehat psikologinya.
7.
Jelaskan tahapan
perkembangan moral menurut Erikson !
Tahap perkembangan moral Ericson :
1)
Percaya vs tidak
percaya ( bayi / tahun pertama )
Percaya dalam hal ini diartikan sebuah
kesesuaian antara kebutuhan bayi dengan lingkungan sekitarnya. Perkembangan
kepercayaan membutuhkan pengasuhan yang hangat. Ketidakpercayaan akan tumbuh
jika bayi diperlakukan terlalu negatif atau diabaikan.
2)
Otonomi vs malu
dan ragu ( masa bayi / tahun kedua )
Setelah mempercayai pengasuhnya, bayi
mulai menemukan bahwa tindakannya adalah tindakannya sendiri. Mereka menegaskan
independensi dan menyadari kehendaknya sendiri. Jika bayi dibatasi terlalu
banyak mereka rasa malu dan ragu akan berkembang.
3)
Inisiatif vs
rasa bersalah ( kanak – kanak awal / prasekolah, 3-5 tahun )
Dalam tahap ini, orang dewasa berharap
anak lebih menjadi bertanggung jawab dan menyuruh anak mengemban beberapa
tanggung jawab untuk menjaga tubuh dan milik mereka. Memunculkan rasa tanggung
jawab membutuhkan inisiatif. Anak mengembangkan rasa bersalah apabila mereka
tidak bertanggung jawab atau merasa terlalu cemas.
4)
Upaya vs
inferioritas ( kanak – kanak pertengahan dan akhir / SD, 6 sampai puber )
Anak mulai mampu menggunakan cara
berpikir deduktif dan memiliki kemampuan untuk mau belajar mematuhi peraturan.
Inisiatif anak membuat mereka berhubungan dengan banyak pengalaman baru. Bahaya
di masa sekolah dasar ini adalah munculnya perasaan rendah diri,
ketidakproduktivitas, dan inkompensasi.
5)
Identitas vs
kebingungan ( remaja / 10 sampai 20 tahun )
Remaja berusaha untuk mencari tahu jati
dirinya sendiri, apa makna dirinya, dan kemana mereka akan menuju. Remaja perlu
diberi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami identitas
dirinya. Apabila remaja tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan tidak
merancang jalan ke masa depan yang positif mereka merasakan kebingungan.
6)
Intiminasi vs
isolasi ( dewasa awal / usia 20-an sampai 30-an )
Erikson melihat intimasi sebagai
kemampuan seseorang untuk berperilaku dan bergaul secara baik dengan orang
lain. Tali persahabatan mulai dikembangkan dengan kuat. Isolasi merupakan
kebalikan dari intimasi, seseorang tidak mampu berlaku baik dan bergaul dengan
orang lain.
7)
Generativitas vs
stagnasi ( dewasa pertengahan / usia 40-an sampai 50-an )
Seseorang memasuki gerbang perkawinan,
kemudian membina keluarga baru dan memulai suatu karir. Generativitas berarti
mentransmisikan sesuatu yang positif kepada generasi yang selanjutnya. Ini bisa
berkaitan dengan peran seperti parenting dan pengajaran. Melalui peran itu
orang dewasa membantu generasi selanjutnya untuk mengembangkan hidup yang
berguna. Erikson mendeskripsikan stagnasi sebagai perasaan tidak bisa melakukan
apa – apa untuk membantu generasi selanjutnya.
8)
Integritas vs
putus asa ( dewasa akhir / usia 60 tahun ke atas )
Orang tua merenungi kembali hidupnya,
memikirkan apa – apa yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif ini
positif, mereka akan mengembangkan rasa integritras. Sebaliknya orang tua akan
putus asa jika renungan mereka kebanyakan negatif. Mereka menganggap
kehidupannya sebagai hal yang sia – sia dan tanpa harapan.
8.
Apa manfaat bagi
guru mengetahui pola perkembangan moral anak ?
Dengan memahami perkembangan terhadap
moral siswa maka guru dapat mengeksplorasi, memilih dan menentukan bahan ajar,
strategi pembelajaran, dan model pembelajaran sehingga menciptakan pembelajaran
yang efektif. Dan juga memahami bentuk – bentuk gejala psikologis individu
(siswa) secara umum dan bentuk sikap atau tingkah laku selama mengikuti proses
pembelajaran sehingga membantu siswa menyelesaikan program pembelajaran sampai
tuntas.
9.
Jelaskan kaitan
antara perkembangan moral dan sosial pada anak !
Perkembangan moral berkaitan dengan
aturan – aturan dan ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang
dalam berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan perkembangan sosial berkaitan
dengan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok, moral,
dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi
dalam suatu kerja sama. Kaitannya terhadap perkembangan anak yakni jika
perkembangan moral anak tersebut baik akan dengan mudah perkembangan sosial itu
berkembang. Anak tersebut akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan aturan –
aturan baru dan mentaati tradisi di lingkungan sekitarnya. Begitu juga
sebaliknya, jika perkembangan moral anak tidak baik, itu akan berdampak pada
perkembangan sosial anak tersebut. Anak tersebut akan susah menyesuaikan diri
dengan aturan – aturan yang berlaku dan cenderung akan membantah atau tidak
melakukan norma atau aturan yang berlaku.
10. Apa level perkembangan moral yang mungkin terjadi di
antara siswa SD kelas VI? Bagaimana ini mempengaruhi pendekatan guru terhadap
cara mengelola hubungan sesama siswa dikelas ?
Jika menurut teori dari piaget, di usia
SD kelas VI. Anak menjadi lebih pintar dalam berpikir tentang persoalan sosial,
terutama tentang kemungkinan – kemungkinan dan kerja sama. Dalam kelompok teman
sebaya, setiap anggota memiliki kekuasaan dan status yang sama, merencanakan
sesuatu dengan merundingkannya, ketidaksetujuan diungkapkan dan pada akhirnya
disepakati.
Untuk cara mengelola hubungan sesama
siswa dikelas, pengaruhnya terhadap pendekatan guru adalah apakah pendekatan
yang digunakan akan menunjang atau membantu perkembangan moral anak tersebut
yang antara siswa sama – sama memiliki kekuasaan yang sama, dan bagaimana
menangani jika ada ketidakcocokan atau ketidaksetujuan antara siswa. Disinilah
peran penting pendekatan seorang guru.
Jelaskan kaitan antara perkembangan moral dan sosial pada anak
BalasHapus