MEMBANGUN NILAI KEJUJURAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses belajar – mengajar. Disamping itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu adanya perhatian terhadap kualifikasi guru yang didasarkan atas kesiapan agar dapat berperan dalam menjalankan tugas secara optimal dan professional. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui system penilaian. Dalam proses penilaian dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek – aspek yang sangat berperan penting adalah berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal, dan tahapan evaluasi pembelajaran.
Guru yang mempunyai filosofi jawa sebagai profesi dan individu yang “digugu lan ditiru” oleh masyarakat, atau mengandung arti bahwa seorang guru itu merupakan sosok orang yang setiap kata – katanya selalu didengarkan serta dipatuhi oleh setiap orang, sehingga diharapkan guru benar – benar menjadi contoh yang baik bagi semua masyarakat, terutama siswa dan siswinya di sekolah.
Untuk mencerdaskan peserta didik dan untuk menanamkan nilai – nilai pancasila yang nantinya pasti akan mereka butuhkan di masyarakat. Beberapa nilai pancasila yang harus dimiliki oleh masing – masing anak adalah nilai kejujuran,, kedisiplinan dan senang bekerja dalam kehidupan sehari – hari.
Nilai – nilai pancasila yang ada di sekolah dasar secara implisit tertuang dalam materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan ( PKN ) kelas 2 semester dua adapun kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dalam materi ini diantaranya adalah mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari – hari, selanjutnya kompetensi dasar kedua adalah melaksanakan perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja dalam kegiatan sehari – hari.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud hakikat pendidikan karakter kejujuran ?
2.      Apa ciri – ciri  sifat kejujuran ?
3.      Bagaimana bentuk – bentuk kejujuran ?
4.      Bagaimana usaha dalam membentuk karakter jujur ?
5.      Bagaimana penanaman nilai karakter kejujuran dalam pembelajaran pkn ?
6.      Bagaimana strategi penanaman nilai karakter kejujuran pada pembelajaran pkn ?
7.      Bagaimana implementasi Nilai karakter kejujuran pada pembelajaran PKN ?

C.     Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetauhi hakikat kejujuran
2.      Untuk mengetauhi ciri – ciri sifat kejujuran
3.      Untuk mengetauhi bentuk – bentuk kejujuran
4.      Untuk mengetauhi usaha dalam membentuk karakter jujur
5.      Untuk mengetauhi penanaman nilai karakter kejujuran dalam pembelajaran Pkn
6.      Untuk mengetauhi strategi penanaman nilai karakter kejujuran pada pembelajaran pkn
7.      Untuk mengetauhi implementasi Nilai karakter kejujuran pada    pembelajaran PKN


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat pendidikan karakter kejujuran

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya  sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan (tindakan) dan pekerjaan. Kejujuran dapat memakmurkan setiap kondisi kehidupan dan dapat juga mengembangkan kehidupan ke arah yang lebih baik, tanpa kejujuran kondisi kehidupan pasti terganggu dan dapat membawa dampak pada kemuduran dari segala upaya yang dilakukan. Adapun indikator keberhasilan karakter jujur tersebut sesuai dengan indikator meliputi, membuat dan mengerjakan tugas secara benar, pada saat ujian tidak menyontek atau memberi contekan kepada teman yang lain.
Pendidikan karakter adalah sebuah upaya yang disengaja untuk mengembangkan kebajikan, yaitu sifat utama yang baik bagi dirinya sendiri juga baik untuk lingkungannya (Thomas Lickona). Menurut Dony Kusuma pendidikan karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil dalam diri individu.Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada lingkungan sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Kejujuran adalah kemampuan menyampaikan kebenaran, mengakui kesalahan, dapat dipercaya, dan bertindak secara hormat (Zubaedi). Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan (tindakan) dan pekerjaan. Jujur adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan karakter jujur adalah sikap yang harus ditanamkan pada anak agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan (tindakan), dan pekerjaan terhadap diri sendiri maupun orang lain, baik itu di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Lisan bisa membunuh karakter seseorang, bisa merusak hubungan suami istri, kaum kerabat, bahkan bisa menyebabkan pertumpahan darah. Kejujuran dalam menyampaikan pesan adalah prinsip mendasar dalam berkomunikasi, tidak tegaknya prinsip ini akan berakibat fatal buat kehidupan manusia.
Di antara bentuk kejujuran dalam berkomunikasi adalah:
a.       Tidak memutarbalikkan fakta
Memutarbalikkan fakta adalah fitnah yang membuat keruh suasana dan menimbulkan ketidakharmonisan hubungan. Bukan sekadar itu, akan terjadi pada suatu waktu orang yang baik menjadi pemgkhianat, dan pengkhianat menjadi pahlawan.
b.      Tidak berdusta
Dusta berarti memanipulasi informasi sehingga pesan tidak sampai sebagaimana semestinya. Dusta akan mengakibatkan informasi yang masuk kepada seseorang cacat, akibat dari informasi yang keliru adalah persepsi yang tidak benar.
Kodsinco dalam buku Muhammad Yaumi menguraikan beberapa hakikat dari kejujuran, adalah sebagai berikut:
1.      Ketika kita mengatakan yang benar, kita sedang melakukan kejujuran
2.      Kita melakukan kejujuran ketika kita bertindak sesuai dengan yang dipikirkan
3.      Kita jujur ketika mengatakan yang benar sekalipun orang lain tidak setuju
4.      Hiduplah setiap hari dengan kejujuran, kita akan lebih berbahagia dan membuat bahagia setiap orang di sekiat kita.

Jujur dapat diartikan mengakui fakta apa adanya, keseimbangan dalam pikiran, ucapan, dan tidakan, tulus dan tidak curang, kuat dan berani. Kejujuran mencakup semua hal, mulai dari niat hingga pelaksanaan tindakan. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
 Kejujuran adalah salah satu prinsip yang harus dipegang oleh setiap orang, tidak hanya penting bagi pelajar, santri maupun mahasiswa. Sebab kejujuran amat berharga untuk diri sendiri, masyarakat, umat atau pun bangsa. Dalam pergaulan di masyarakat, kejujuran akan mendatangkan kedamaian, ketenangan batin, bahkan kebahagiaan bagi seseorang. Menanamkan sifat kejujuran dalam kehidupan keluarga berkaitan dengan kemampuan orang tua dan anak-anak untuk mengupayakan dan mengatakan yang sebenarnya serta mendorong orang lain juga untuk berbuat yang sama.
Ada enam cara yang dapat dilakukan orang tua untuk menerapkan kejujuran terhadap anak-anak, yaitu sebagai berikut: (1) Peneladanan, (2) Penyontohan, (3) Keterlibatan, (4) Penguatan, (5) Kebersamaan, dan (6) Membicarakannya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan jujur adalah sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan perilaku tidak suka bohong, tidak curang, memberikan informasi sesuai dengan kenyataan apa adanya secara terbuka, dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan dan pekerjaan sesuai dengan kondisi dan fakta yang sebenarnya.

B.     Ciri – ciri sifat kejujuran

Didalam penelitiannya, Kesuma, dkk mengatakan jika orang yang berkarakter jujur memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
1.      Jika betekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan.
2.      Jika berkata tidak berbohong, berkata atau memberikan informasi sesuai dengan kenyataan.
3.      Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan untuk membentuk dan menerapkan karakter jujur pada anak, kita sebagai pendidik harus mampu memberikan arahan yang baik supaya anak dapat memahami apa yang menjadi ciri karakter jujur. Selain itu, agar anak dapat mengetahui perilaku apa yang seharusnya ditanamkan dalam diri mereka sendiri sebagaimana yang dijelaskan di atas, seperti tidak berbohong, berkata atau memberikan informasi seesuai dengan kenyataan. Sehingga nantinya anak akan tumbuh dengan nilai-nilai jujur yang tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar kepada diri sendiri maupun orang lain.






C.    Bentuk – bentuk kejujuran

Adapun bentuk-bentuk pengelompokkan kejujuran yang dapat guru dan orang tua terapkan kepada siswa adalah sebagai berikut:

1.      Jujur niat dan kemauan
Niat adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi dalam kerangka hanya mengharap Ridha Allah SWT. Nilai sebuah amal di hadapan Allah SWT, sangat ditentukan oleh niat atau motivasi seseorang. Rasulullah SAW dalam sebuah hadist menyatakan bahwa sesungguhnya segala amal manusia ditentukan oleh niatnya. Seorang muslim juga harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan dilakukan apakah benar dan bermanfaat. Apabila sudah yakin akan kebenaran dan kemanfaatan sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi akan dilakukan.
2.      Jujur dalam perkataan
Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran yang populer ditengah masyarakat, orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh Allah SWT dan dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, orang berdusta meski hanya sekali apalagi sering berdusta makan akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
3.      Jujur ketika berjanji
Sorang muslim yang jujur akan senantiasa menempati janji - janjinya kepada siapapun, meskipun hanya terhadap anak kecil. Sementara itu, Allah memberi pujian bagi orang-orang yang jujur dalam berjanji.
4.      Jujur dalam bermu'amalah
Jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji tidak akan sempurna jika tidak dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau bermu’amalah dengan orang lain. Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim. Ketika menjual tidak akan mengurangi takaran dan timbangan, pada saat membeli tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran.
5.      Jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan
Seorang yang jujur akan senantiasa menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan yang sebenarnya.




D.    Usaha dalam membentuk karakter jujur

Sikap jujur sangat penting bagi anak untuk kehidupan di masa yang akan mendatang. Menurut Aunillah ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam membangun karakter jujur pada siswa. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Proses pemahaman terhadap kejujuran itu sendiri
Menanamkan kejujuran pada anak dengan disertakan pamahaman terhadap pengaruh kejujuran pada cara menumbuhkan sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur
Membentuk karakter pada peserta didik harus didukung dengan alat bantu untuk menunjang terciptanya iklim kejujuran pada diri masing-masing siswa.
3.      Ketealadanan
Keteladanan merupakan faktor yang sangat penting dilakukan oleh guru dan orang tua dalam menanamkan karakter jujur pada diri siswa. Sekolah perlu melakukan kerja sama yang intensif dengan keluarga peserta didik agar mereka dapat membantu program pengembangan karakter yang diselenggarakan di sekolah.
4.      Terbuka
Keterbukaan sikap guru dan orang tua terhadap peserta didik akan memperkecil kemungkinan ia bersikap kurang jujur terhadap dirinya sendiri dan orang lain, dengan adanya sikap keterbukaan, siswa merasa memiliki tempat curhatan perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan dengan adanya sikap keterbukaan. Peserta didik secara perlahan akan memahami pentingnya bersikap jujur dan terbuka.
5.      Tidak bereaksi berlebihan
Untuk mendorong siswa agar bisa bersikap jujur adalah tidak bereaksi berlebihan bila ada peserta didik yang berbohong. Jika seorang guru atau orang tua bereaksi secara berlebihan, anak akan berusaha mencari cara untuk mengingkari dan tidak berani berkata jujur karena takut akan mendapatkan hukuman. Namun, sebaiknya guru menjelaskan bahwa guru merasa senang karena ia telah berani mengakui dan mengatakan jujur, dalam hal ini yang terpenting adalah mendorong siswa untuk berani mengatakan kejujuran, bukan sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan untuk membentuk karakter jujur pada siswa harus di upayakan secara pasti orang tua dan guru dalam memberikan nilai-nilai positif yang dapat menanamkan sikap jujur pada peserta didik. Sebagaimana guru memberikan pemahaman terhadap kejujuran dan memfasilitasi sarana pendukung untuk merangsang tumbuhnya sikap jujur pada siswa serta memberikan keteladanan dalam menanamkan karakter jujur.Menurut Elfindri, dkk mengungkapkan bahwa langkah praktis yang perlu dilakukan dalam menumbuhkan kejujuran adalah:
1.      Guru mesti menempati janji setiap yang dijanjikan kepada siswa. Diantaranya kebiasaan untuk menetapkan masuk kelas, mengembalikan bahan atau tugas yang diperiksa guru.
2.      Disiplin dalam proses belajar mengajar, serta proses ujian. Mereka yang mengikuti peraturan akan memperoleh reward, sementara yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran ketidakjujuran yang dibuat.
3.      Inisiatif membuat kantin kejujuran adalah salah satu kreasi menumbuhkan kejujuran
4.      Mengoreksi kesalahan tata cara penulisan, perkataan, baik dalam konteks kejujuran ataupun mengutip, dan melaporkan bahan bacaan.
4.

E.     Penanaman nilai karakter kejujuran dalam pembelajaran PKN

Hamzah B. Uno mengatakan bahwa ada empat langkah dalam penerapan model pembelajaran simulasi sosial yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain: 1) Menyiapkan peserta didik menjadi pemeran dalam simulasi. 2) Guru menyusun skenario dengan memperkenalkan peserta didik terhadap aturan, peran, prosedur, tujuan, dan lain-lain. 3) Pelaksanaan dari simulasi itu sendiri. 4) Debriefing, yaitu guru mendiskusikan tentang hasil simulasi (Uno, 30).
Sebagai salah satu mata pelajaran wajib disekolah pkn dibebani tanggung jawab yang berat sebagai wahana untuk mendidik siswa menjadi warganegara yang cerdas, kritis, taat kepada hukum yang berlaku dan berakal mulia. Guru pkn adalah untuk memajukan dirgada terdepan dalam membimbing siswa didalam kelas. Guru pkn harus memiliki pengetahuan dan pehamaman yang tepat mengenai paradigma baru pkn setelah beberapa kali terjadi perubahan, serta progam dan strategi yang tepat dalam menginternalisasikan nilai kejujuran dalam siswa. Internalisasi adalah proses diperolehnya sikap atau peraturan perilaku oleh individu dari sumber sumber eksternal dan secara progsetif dirubah menjdi nilai pribadi yang telah dikemukakan oleh sabrbani (2012;26)
1.      Penanaman nilai Kejujuran Melalui Metode Role Playing
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran (Role Playing)  meliputi:
a.       Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.
Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.
2.      Memilih peran
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.
3.      Menyusun tahap-tahap peran
Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.
4.      Menyiapkan pengamat
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
5.      Pemeranan
Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada kalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan.
6.      Diskusi dan evaluasi
Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.
7.      Pemeranan ulang
Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.
8.      Diskusi dan evaluasi tahap dua
Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.
9.      Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan
Pada tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.
Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’ dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Di samping itu model ini digunakan pula untuk membantu para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu moral dan sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial. Sebagai model mengajar, model ini mencoba membantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan berupaya memecahkan dilema-dilema sosial dengan bantuan kelompok. Karena itu pada dimensi sosial model ini memungkinkan individu untuk bekerjasama dalam menganalisis situasi sosial, terutama permasalahan interpersonal melalui cara-cara yang demokratis guna menghadapi situasi tersebut.
Pembelajaran metode Role playing adalah menanamkan nilai kejujuran dan kontrol sosial dalam pembelajaran ini. Pada Pembelajaran ini anak-anak usia sekolah dasar dikenalkan apa itu kejujuran dan kontrol diri. Pengenalan itu berupa apa arti kejujuran, kemudian kalau tidak jujur akan mendapatkan sanksi. Sanksi ini dikenalkan dari pengadilan dan dari Tuhan Yang Maha Esa. Dari pengenalan itu siswa akan paham tentang kejujuran dan kontrol diri.
Guru harus menjelaskan dulu teknik metode ini secara jelas kepada siswa yang akan melaksanakannya. Selanjutnya guru memilih dan menentukan topik atau pokok bahasan yang komprehensif yang dapat didramatisasikan. Melalui latihan yang baik dan teratur, pokok bahasan ini dapat dilakonkan di muka kelas. Dengan cara ini, minat dan perhatian murid terhadap pelajaran yang terlalu kaku dan menjemukan, dapat disegarkan kembali melalui metode ini. Dalam pembelajaran ini, metode Role Playing difokuskan pada tema “ kantin Kejujuran”. 
Alasan mengapa memilih penerapan Role Playing ini karena banyak sekali keuntungan menurut Cheppy H.C. (1980:124-125) dari penggunaan metode Role Playing untuk :
a.       Membantu anak didik untuk berlaku, berpikir dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
b.      Menggambarkan situasi hubungan antarmanusia secara realistis.
c.       Dapat mengungkapkan sejarah kehidupan untuk anak didik.
d.      Mengembangkan daya imajinasi anak didik.
e.       Memperkaya hal-hal baru dalam belajar mengajar.
f.       Menumbuhkan perasaan dan emosi dalam belajar.
g.      Memberanikan anak didik berhubungan dengan masalah-masalah kontroversial dengan cara yang realistis.
h.      Berguna untuk mengubah sikap.

Dari dasar tersebut dalam pembentukan karakter kejujuran dan kontrol diri dapat mengkombinasikan penggunaan Penerapan Metode Role playing. Kenapa memilih memerankan “ Kantin Kejujuran?” Dalam hal ini alasan mengapa memilih kantin kejujuran adalah pembelajaran kejujuran. Kantin kejujuran adalah berjualan barang-barang namun di dalam tempat itu tidak dijaga oleh penjaga dan proses pembayaran dilakukan tanpa pengawasan orang lain. Maka jelas yang menjadi point utama adalah kejujuran dan kontrol diri.
Memilih tema “kantin kejujuran “sebagai tema untuk metode Role Playing, karena tema drama ini sangat mudah di visualisasikan, penulis menentukan tema ini  dengan pertimbangan tema ini cocok untuk usia sekolah dasar. Dalam drama  “kantin kejujuran” ini siswa dikondisikan sebagai pembeli dan penjual. Penjual hanya menitipkan barang dagangannya di kantin tersebut dan menyediakan tempat untuk meletakkan uang. Pembeli membayar sesuai dengan barang yang dibeli. Namun dalam cerita ini ada penyimpangan-pennyimpangan yaitu siswa banyak yang tidak membayar. Akibatnya penjual tersebut mengalami kerugian dan pembelinya yang tidak jujur di laporkan kepada kepala sekolah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab di sekolah.

Dari penjabaran singkat cerita ini bisa diibaratkan bahwa siapa yang tidak jujur dan tidak memiliki sikap kontrol diri yang kuat akan mendapatkan hukuman berupa dari pihak berwajib dan nama baiknya menjadi jelek serta dijauhi oleh teman karena orang tidak jujur dan tukang maling pasti dijauhi karena takut dimaling. Kemudian bisa diibaratkan juga orang yang berjualan itu ialah uang fasilitas negara atau fasilitas umum dimana ketika kita ingin mendapatkan fasilitas itu perlu membayar. Namun kalau tidak membayar atau menggunakan fasilitas itu dengan atas nama pribadi,  itu sama saja korupsi yang dilakukan oleh elit politik kita.

Jadi dalam makalah ini menitik beratkan bahwa pendidikan anti korupsi dapat dilakukan dengan pembelajaran tentang kejujuran dan kontrol diri. Dua  karakter ini merupakan pokok karakter yang menjadi pengontrol hawa nafsu kita untuk tidak korupsi. Elit politik melakukan korupsi karena kontrol diri yang lemah dan adanya kesempatan untuk melakukan hal tersebut. Kotrol diri dapat dialtih dengan cara penanaman karakter jujur dan kontrol diri. Penanaman karakter ini juga dapat digali dari penerapan metode pembelajran yang siswa itu berperan aktiv dalam penanaman karakter. Maka dengan metode Role playing atau dramatisasi siswa akan masuk ke dalam kondisi drama tersebut otomatis dengan dramatisasi itu dapat mengubah sikap dan menanamkan sikap karakter jujur lewat penerapan Role playing dengan tema “ Kantin Kejujuran Di Sekolah “ tersebut.




F.     Strategi penanaman nilai karakter kejujuran pada pembelajaran PKN
Strategi dengan memberikan tanggung jawab pada siswa berupa tugas atau saat ulangan siswa diberikan motivasi untuk menghadapi ulangan dengan rasa percaya diri, tidak boleh mencontek apabila membuka buku catatan. Menjelaskan pentingnya penanaman karakter kejujuran dan memperhatikan tingkah laku siswa pada saat pembelajaran. Dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh dengan makna. Strategi secara umum dapat diartikan sebagai suatu garis garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi juga bias diartikan sebagai pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan beajar mengajar  untuk mencapai tujuan. Pkn adalah sebagai salah satu mata pelajaran wajib disekolah yang mengajarkan pentingnya penanaman nilai nilai karakter pada peserta didik.
G.    Implementasi Nilai karakter kejujuran pada pembelajaran PKN
            Undang-undang Republik Indonesia NO 20 tahun 20003 tentang system pendidikan national pasal 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelaaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Soemantri, 2011 : 5)
Kejujuran adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang sesuai dengan hati nurani, norma, dan peraturan yang ada. Seperti janji yang berupa kata-kata atau yang ada dihati. Kejujuran merupakan nilai yang perlu dimiliki setiap orang dan ditanamkan dalam kehidupan manusia. Banyak siswa yang belum bias berlaku jujur meskipun itu menyangkut hal – hal yang kecil. Misalnya, meminta atau memberi jawaban pada saat ulangan, membuka buku dan mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah yang telah dikemukakan oleh Suparno (2003 : 54 )


BAB III

KESIMPULAN

Kejujuran adalah kemampuan menyampaikan kebenaran, mengakui kesalahan, dapat dipercaya, dan bertindak secara hormat (Zubaedi). Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan (tindakan) dan pekerjaan. Jujur adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan dalam menumbuhkan sikap jujur kepada siswa, guru dan orang tua terlebih dahulu memiliki sikap jujur kepada dirinya supaya pada saat memberikan penerapan kepada siswa semuanya sesuai dengan pembelajaran dan contoh yang sebenarnya.

Karakter jujur adalah sikap yang harus ditanamkan pada anak agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan (tindakan), dan pekerjaan terhadap diri sendiri maupun orang lain, baik itu di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, fandi. 2013. kemampuan guru melakukan penilaian dalam pembelajaran  melalui internalisasi nilai kejujuran pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Aceh
Emosda. 2011. Penanaman nilai – nilai kejujuran dalam menyiapkan karakter bangsa. Jambi
Hulaini, Nilai. 2017. Implementasi pendidikan karakter jujur dalam membentuk kepribadian siswa kelas VII. Palembang
Asra, dan Sumiati. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
EndahSulistyowati. 2012. Implementasi ImplementasiKurikulumPendidikanKarakter, Yogyakarta: PT. Citra AjiParama.
Faisal, Sanapiah. 2006. Penelitian Kualitatif; Dasar-dasar dan Aplikasi.Malang: YayasanAsahAsihAsuh.
Kasuma, Dharma. Dkk. 2012, Pendidikan Karakter (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryana. 2006. Kewirausahaan. Pedoman praktis: kiatdan proses menusukses. Jakarta: SalembaEmpat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERTANYAAN DAN JAWABAN TENTANG TEORI PERKEMBANGAN MORAL

PERTANYAAN DAN JAWABAN TENTANG KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

PERTANYAAN DAN JAWABAN TENTANG TEORI PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME